Day-2 (Part 1) , Kuliner Mencicipi Bakwan Goreng di Seoul
November 14, 2019
Dear Bloggies,
Salah satu sudut Gwangjang Market. Captured: Mas Aul |
Koper kami berdecit berisik di tengah malam saat melewati jalanan Hongdae yang sudah sepi. Sebisa mungkin kami berhati-hati agar tidak terlalu berisik dan mengganggu istirahat orang disekitar, meskipun mungkin orang yang tinggal di lingkungan ini sudah terbiasa dengan suara decit koper wisatawan mancanegara yang biasanya menginap di sekitar Hongdae. Udara malam di musim dingin sangat menusuk tulang, terlebih ketika saya harus berbagi sarung tangan dengan adek saya yang sebelum nya ngotot ingin membeli sarung tangan lucu ketika sudah sampai di Korea. Sekarang, dia kena batunya, dan berimbas ke saya (hahahaha).
Sesampainya di penginapan, kami cukup puas dengan fasilitas apartemen AirBnB yang kami sewa, like AMAZING, tempatnya bersih, komplit, dan nyamaann banget!. Apartemen ini terdiri atas 1 kamar yang berisikan 2 kingsize bed dan 1 sofa bed yang cukup menampung 6 orang di dalamnya. Terdapat 1 kamar lain yang berisikan queen bed yang bisa ditempati oleh 2 orang. Kamar mandi nya bersih, dan kami menemukan mesin cuci di dalam kamar mandi. Kami juga mendapatkan fasilitas microwave yang sangat sangat bermanfaat untuk menghangatkan daging serundeng yang dibawakan ibuknya mbak Winda sebagai bekal menghemat selama liburan (makasi banyak mbak!).
Jalan menuju apartemen kami |
Ruang tengah apartemen yang sering kami gunakan untuk mendiskusikan rencana perjalanan |
Kamar yang ditempati Mas Aul |
Kamar ciwi ciwi berempat,bagian tengah dipakai untuk tempat koper dan sholat |
Headboard kasur, dilengkapi dengan tempat charging |
Hairdryer dan meja untuk make up |
Dapur komplit yang kita pakai untuk makan bersama |
Kamar mandi mini multifungsi |
Selepas menaruh barang-barang,
kami mencoba mengksplorasi tempat tinggal disekitar kami dengan mengunjungi
minimart 24 jam yang lokasinya tidak jauh dari gedung apartemen kami. Saya ,
mas Aul dan mbak Dewi keluar untuk berbelanja dan survey makanan apa saja yang
memungkinkan untuk kami konsumsi apabila perbekalan kami menipis. Ternyata seru
banget! Berbelanja di minimart di Seoul dan menemukan beberapa jajanan dari
Indonesia hahahhaa. Kami berbelanja signature milk nya Korea, Banana Milk, nasi
instan dan mencoba membeli toppoki instan yang jarang ditemui di supermarket
Indonesia.
Bukannya tidur untuk mempersiapkan perjalanan paginya, kami begadang sembari makan toppoki dan telur rebus hasil perburuan kami di minimart. Seru, karena kami menemukan telur rebus yang dijual di minimart tersebut, telur nya siap makan dan praktis banget, ini adalah hal yang tidak bisa saya temukan di minimart manapun di Indonesia. Sembari makan, kami briefing ulang agenda perjalanan di hari ini. Kami kembali ke tempat tidur masing-masing sekitar jam 2 pagi, tidur paling nyenyak setelah perjalanan panjang menuju Seoul.
Bukannya tidur untuk mempersiapkan perjalanan paginya, kami begadang sembari makan toppoki dan telur rebus hasil perburuan kami di minimart. Seru, karena kami menemukan telur rebus yang dijual di minimart tersebut, telur nya siap makan dan praktis banget, ini adalah hal yang tidak bisa saya temukan di minimart manapun di Indonesia. Sembari makan, kami briefing ulang agenda perjalanan di hari ini. Kami kembali ke tempat tidur masing-masing sekitar jam 2 pagi, tidur paling nyenyak setelah perjalanan panjang menuju Seoul.
Nasi instan dan lauknya yang tinggal di hangatkan di microwave |
Salah satu sudut minimart |
Sambil nunggu antrian mandi selepas perjalanan dari Indonesia |
Gwangjang Market
Perjalanan menuju Gwangjang Market |
Tujuan pertama
di hari kedua adalah Seoul Authentic
Market, Gwangjang Market!!. Kami memang berencana untuk memulai perburuan
kuliner kami sekaligus merasakan vibe
pasar tradisionalnya di Korea seperti apa. Aroma berbagai macam masakan mulai
menyeruak masuk ke hidung kami, ada berbagai macam makanan yang dijual disini.
Rupanya, popularitas Gwangjang market sudah mendunia sekali, karena kami sering
berpapasan dengan turis mancanegara dan beberapa penjual menawarkan dagangannya
menggunakan bahasa inggris yang terdengar patah-patah.
Di pasar tradisional seperti ini, kalian akan menemukan banyak pemandangan kedai yang memajang kepala babi, menandakan bahwa mereka menjual masakan dengan bahan dasar daging babi. Untuk amannya, disini kami mencari penjual gorengan yang tidak menjual makanan babi, dan itu sangat mudah ditemukan diantara ratusan kedai yang ada di Gwangjang Market ini. Kami langsung menuju stall yang menjual Bindae-tteok (mung bean pancake) a.k.a Bakwan Dele Goreng hahahhaa. Satu porsi Bindae-tteok besar dibanderol dengan harga 3000 KRW, harga yang sama untuk satu porsi Tteokbokki dengan porsi sedang.
Di pasar tradisional seperti ini, kalian akan menemukan banyak pemandangan kedai yang memajang kepala babi, menandakan bahwa mereka menjual masakan dengan bahan dasar daging babi. Untuk amannya, disini kami mencari penjual gorengan yang tidak menjual makanan babi, dan itu sangat mudah ditemukan diantara ratusan kedai yang ada di Gwangjang Market ini. Kami langsung menuju stall yang menjual Bindae-tteok (mung bean pancake) a.k.a Bakwan Dele Goreng hahahhaa. Satu porsi Bindae-tteok besar dibanderol dengan harga 3000 KRW, harga yang sama untuk satu porsi Tteokbokki dengan porsi sedang.
Saus dengan potongan bawang bombay |
Segini dibagi berlima, yang paling banyak makan, tetep Andin hahaha |
Kami memesan
seporsi Bindae-tteok dan Tteokbokki yang masih panas. Menikmati snack pagi
dengan duduk di kursi kedai yang diberi penghangat, membantu kami untuk
mengantisipasi dinginnya kota Seoul. Saya bisa merasakan betapa nikmatnya para
pemain yang ada drama Korea ketika mereka menyantap bindae-tteok di tengah
dinginnya musim dingin. Teksturnya yang crispy di luar, lembut didalam,
memanjakan lidah. Biasanya, bindae-tteok dimakan dengan saus khusus dari kecap
asin yang diberi bawang Bombay cincang.
Cita rasa tteokbokki disini juga sangat berbeda dengan yang pernah saya coba di Indonesia. Saus cabe merah yang lebih dikenal dengan nama Gochujang terasa lebih pedas dan enak. Tingkat kekenyalan tteok-nya (rice cake) pas, dan potongannya cukup besar. Dua porsi jajanan ini, cukup memuaskan rasa penasaran kami dengan gorengan ala Korea.
Cita rasa tteokbokki disini juga sangat berbeda dengan yang pernah saya coba di Indonesia. Saus cabe merah yang lebih dikenal dengan nama Gochujang terasa lebih pedas dan enak. Tingkat kekenyalan tteok-nya (rice cake) pas, dan potongannya cukup besar. Dua porsi jajanan ini, cukup memuaskan rasa penasaran kami dengan gorengan ala Korea.
Tteobokki aseli yang rasanya so YUMMMY! |
Setelah
mencicipi gorengan, kami berjalan lagi menyisir kuliner mana yang bisa kami
coba, pilihan kami jatuh pada Mandu (Korean
Dumplings). Mandu Korea ini isinya bervariasi, ada yang isi ayam, babi, dan
kimchi. Cara pengolahannya mirip dengan pembuatan siomay, tapi disini campuran
tepungnya tidak sebanyak saat kita membuat siomay. Kami mampir ke salah satu
kedai yang pernah diangkat di serial food street yang ada di Netflix. Karena
Mandu di Korea biasanya berisi campuran daging babi, hanya dua orang teman saya
yang bisa mencicipi, sedangkan saya, mas aul dan adik saya mencicipi Mayak
Gimbab.
Berbeda dengan Gimbab yang biasanya, Mayak Gimbab adalah Gimbab kecil yang berisi irisan sayuran, dibungkus dengan rumput laut dan di lumuri minyak wijen beserta taburan wijen. Rasanya? FRESH!! Enak banget! Saya sendiri heran, rasa sayuran yang ada di Korea teksturnya lebih crunchy dan lebih seger daripada di Indonesia, pantas saja setiap kali menonton drama saya selalu penasaran dengan tekstur sayuran yang terlihat enak sekali.
Berbeda dengan Gimbab yang biasanya, Mayak Gimbab adalah Gimbab kecil yang berisi irisan sayuran, dibungkus dengan rumput laut dan di lumuri minyak wijen beserta taburan wijen. Rasanya? FRESH!! Enak banget! Saya sendiri heran, rasa sayuran yang ada di Korea teksturnya lebih crunchy dan lebih seger daripada di Indonesia, pantas saja setiap kali menonton drama saya selalu penasaran dengan tekstur sayuran yang terlihat enak sekali.
Yang berwarna merah adalah Kimchi Mandu |
Kami hanya bisa asik melihat mereka menyantap Mandu |
Seporsi Gimbab |
Biasanya dicocol dengan kecap asin dibagian ujungnya |
Ada satu kuliner yang terlewatkan saat saya mengunjungi Gwangjang Market, San-nakji atau gurita hidup. Lain waktu, semoga saya bisa ke Seoul lagi dan mencicipi kuliner yang membuat saya penasaran.
Segelas Sikhye yang dibanderol dengan harga 1000 KRW |
Kalian lihat, dibagian atas Gwangjang Market ada berbagai macam bendera negara di dunia |
Dongdaemun Design Plaza
Dongdaemun Design Plaza |
Tahun 2014 lalu, saya pernah mampir ke tempat ini. Waktu itu saya belum mengenal namanya drama Korea yang sedang hits dan digilai banyak wanita Indonesia, sehingga ketika 2014 mampir ke sini saya berasa “I have no idea about this place, and why this place is so phenomenal, beside it has very unique design”. Ketika saya sudah mulai kena demam Oppa Korea, saya baru ngeh kalau tempat ini tu terkenal sekali. DDP sering dijadikan tempat event fashion show, trade shows, pameran seni, dan sebagainya.
Ekspresi nahan dingin, karena sarung tangan masih gantian |
Astaga, sebucin ini sama V , hahahaha (gak ding, cuman seneng aja, ganteng) |
Salah satu seniman yang menjual karya mereka di dalam DDP |
Ketika saya kesini untuk kedua kalinya, saya mampir ke
dalam dan melihat banyak sekali mini stall yang menjual aksesori dan barang
lucu lainnya. Untuk penggemar stationery lucu, ini juga menjadi salah satu
surga buat hunting kalian, hahahaha, sayangnya harga yang dibanderol cukup
mahal karena kebanyakan barang yang mereka jual adalah hand-made (buatan
sendiri). Tidak lama, setelah jalan jalan, mampir ke kamar kecil, kami
melanjutkan perjalanan ke Namsangol Hanok Village.
Tunggu catatan perjalanan saya selanjutnya ya!. Saya sempat mimisan di hari pertama ketika di Seoul, karena tidak kuat dengan udara dinginnya. Selain itu, saya akan share tempat sholat yang bisa kalian temui di Seoul. Saat ini, Korea Selatan sedang gencar-gencarnya mempromosikan wisata yang ramah bagi turis muslim yang mendominasi kunjungan di Seoul. Cheers!
Tunggu catatan perjalanan saya selanjutnya ya!. Saya sempat mimisan di hari pertama ketika di Seoul, karena tidak kuat dengan udara dinginnya. Selain itu, saya akan share tempat sholat yang bisa kalian temui di Seoul. Saat ini, Korea Selatan sedang gencar-gencarnya mempromosikan wisata yang ramah bagi turis muslim yang mendominasi kunjungan di Seoul. Cheers!
4 comments
wah kalau saya ke sana apa abkal suak dg kulinernya secara lidahku jawa banget
BalasHapusWah, kalo ini, dikit dikit mungkin bisa masuk mba. Karena di Korea itu, rata rata masakannya pakai bumbu yang strong, pedas dan lebih gurih. Sebelum kesini, saya sarankan, cobain kuliner Korea yang sudah banyak ditemukan di Indonesia mba, hitung-hitung sambil latian lidah hehehe
Hapusaku sukaaaa ama makanan korsel ini :D. teakhir 2017 kesana, duuuh ga puas rasanya 5 hr kulineran. yg aku suka dr korsel yaa, tiap dibilang spicy, rasanya tuh beneran spicy. di stasiun yg aku lupa namanya sempet beli odeng pedes, kuahnya merah dan sumpaaah enaak bangetttt krn pedes td :D. aku serius kangen sih ama makanan mereka.
BalasHapusbeda ama kuliner jepang, apalagi korea utara. krbetulan aku baru balik dr korut, dan makanan nya ternyata ga mirip samasekali kyk korsel. lbh enak korsel sih :D.
BENEERR!! Ga puas kalo cuman 5 hari di Seoul mba, hahahaha. Nagih banget kulineran di Korsel, apalagi street food nya yang yummy banget. Odengnya juga jauuuhh lebih sedap di Korselnya aseli daripada yang ada di Indonesia. Kangeeen sama vibe nya dan kuliner di Korsel.
HapusKalau ada kesempatan lagi, aku pingin balik kesana lagi mbak.