Book Review : Surga yang 'Tak' Dirindukan?
Januari 24, 2016
Dear Bloggies,
Tiga buku yang dengan 'rakus'nya saya borong dalam waktu satu minggu. Masih 2 dari 3 buku yang saya review. |
Ini adalah kali pertama saya membeli buku karangan
Asma Nadia, boleh dibilang semasa SMP hingga saat ini saya adalah penikmat
Teenlit dan Metropop. Tidak heran lemari buku saya lebih banyak di dominasi
dengan novel-novel Teenlit-Metropop dengan tema yang tidak jauh dari
persahabatan-cinta-keluarga. Sebenarnya saya sudah melirik buku ini sejak lama
sebelum di angkat di layar lebar, topik poligami selalu menjadi topik yang bisa
dibilang ‘hangat’ untuk selalu didiskusikan. Kali ini saya harus sedikit kecewa
karena mendapatkan edisi cetakan cover film (saya kurang suka cover nya
edisi film).
Apa artinya rumah jika tak lagi menjadi pelabuhan yang ramah bagi hati seorang suami? Apa jadinya surga jika ia tak lagi dirindukan? Benarkah dongeng seorang perempuan harus mati agar dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan?
Ah. Surga yang retak-retak. Peristiwa tragis dan e-mail aneh dari gadis bernama Bulan.
Pertanyaan yang terus mendera: “Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak cukup membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?
Sementara seseorang berjuang melawan Tuhan, waktu dengan sabar menyusun keping-keping puzzle kehidupan yang terserak, lewat skenario yang rumit namun menakjubkan.
Setidaknya sinopsis diatas
sedikit banyak membuat hati saya tergugah, terlebih dengan kutipan “Jika
cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak
cukup membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?”. Seakan-akan kutipan
itu menjadi pembuktian bahwasanya lelaki itu bisa dengan mudahnya membagi hati
(Berdasar cerita raja-raja jaman dahulu dan beberapa orang besar yang
memutuskan untuk memiliki istri kedua dst.).
Setelah membaca keseluruhan
novelnya, saya sempat menangis saat Arini tahu bahwa Pras menduakan dirinya
(dan jujur saja, saya sebal dengan Mei rose yang benar-benar tega harus merebut
dongeng orang lain, maaf yaa Mei...). Asma Nadia benar-benar piawai merangkai
kata-kata di setiap tulisannya dalam buku ini, namun saya sedikit kecewa sih dengan ending yang
terkesan menggantung. Mbak Asma memilih untuk memberikan ending yang
terkesan ‘belum selesai’...mungkin karena mbak Asma Nadia tidak ingin terlihat
memihak pro atau kontra dalam poligami (menurut saya sih). Sayangnya, banyak orang yang menyalahkan mbak Asma karena salah
mengintepretasikan pesan sebenarnya dari buku ini. Menurut saya, buku ini hanya
menggambarkan perasaan wanita yang menjadi korban poligami, soal keputusan pro
atau kontra toh tidak dijelaskan di akhir bukunya.
Bisa dibilang, saya merasa
kasihan dan serba salah kalau saya berada di posisi Arini (tidak bisa
membayangkan bagaimana rasanya bila jadi Arini). Tidak bisa menyalahkan
mas Pras, hanya saja saat itu mas Pras berada di waktu dan tempat yang salah.
Rasa kasihan dan tidak tega mas Pras untuk meninggalkan Mei rose berujung
keputusan yang bisa dibilang mengubah kehidupan rumah tangganya. Merubah
dongeng indah yang selama ini Arini impikan.
Mei rose yang selama hidupnya
merasakan penderitaan ditinggal Ayah-Ibunya, harus ikut salah satu kerabat
dekat keluarga ayahnya yang jahatnya minta ampun. Mei rose kecil harus bekerja
ekstra keras sepulang sekolah untuk bersih-bersih rumah Bude nya, dan apabila
ada satu titik kecil yang terlewat. Bude yang hidup sendiri tidak
segan-segan mengurungnya di kamar mandi bekas bau karbol yang menyengat sampai
dia hampir pingsan karena terlalu banyak menghirup udara karbol di kamar mandi
Saat beranjak dewasa pun Mei rose juga masih mengalami penderitaan beruntun, hingga satu titik dia dipermalukan. Mei rose dijanjikan menikah oleh salah seorang pria yang mengaku bersedia menerima Mei rose apa adanya dan ingin menikahinya segera, namun saat dia datang ke gedung pernikahan yang disebutkan oleh pria itu alangkah terkejutnya Mei rose saat mendapati nama yang tertera di gedung pernikahan bukanlah namanya sebagai mempelai wanita. Merasa tertipu dan dikhianati, akhirnya Mei rose memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sayang, ajalnya belum tiba, Mei rose diselamatkan oleh mas Pras yang kebetulan saat itu melintas di jalan dimana Mei rose mengalami kecelakaan mobil. Bagaimana dengan Arini?? Di akhir cerita Arini hanya menangis, tanpa ada keputusan apapun.
Luka tak pernah abadi dalam diriku. Ia selalu seperti taman bunga dengan bau kesturi dan aku bermain-main didalamnya
Pro dan Kontra dalam poligami selalu menjadi topik
perbicangan masyarakat, terlebih saat saya menonton film Ayat-Ayat Cinta waktu
SMP dulu. Saya dan teman saya yang mau masuk bioskop agak sedikit heran, karena
banyak mbak-mbak berkerudung keluar dengan mata sembab dan tissue di tangan,
kami berdua tertawa kecil melihat fenomena itu dan melengang masuk ke bioskop
dengan santai. Namun, setelah menonton film itu, bisa dibilang kami berdua
menangis sesenggukan ketika Aisha mengizinkan Fahri menikahi Maria (Bisa
dibayangkan sakitnya Aisha harus berbagi hati dengan perempuan lain).
Poligami ya?? hmm....saya
masih ingat, guru agama saya pernah mendiskusikan ini saat pelajaran agama SMP
kelas 1 dulu. Waktu itu saya ingat sekali, beliau berkata "Wanita
yang ikhlas di poligami, nanti di padang mahsyar akan mendapat payung dan
pahala yang tidak ternilai,". Saya dan teman-teman perempuan saya
hanya terheran-heran, beberapa bahkan tersenyum sinis. Bisa dibilang, kata-kata
beliau tentang ini adalah satu-satunya yang masih membekas di
ingatan saya, banyak ganjaran pahala yang akan diterima apabila seorang wanita
benar-benar bisa ikhlas untuk berbagi hatinya (belajar sabar dan ikhlas
tidak mudah memang).
Sejatinya kata ‘Sabar dan Ikhlas’
memiliki makna yang teramat dalam bagi saya, karena untuk bisa ‘Sabar dan Ikhlas’
kita tidak boleh membatasinya-tidak boleh berkata bahwa “Sabar itu ada
batasnya!”. Menurut saya, orang belum bisa dikatakan sabar kalau berkata
seperti itu. Belajar ‘Sabar dan Ikhlas’ itu bisa dibilang berat dan membutuhkan
waktu seumur hidup (Saya pun masih belajar untuk memaknai dan menerapkan ‘Sabar
dan Ikhlas’, memang sulit....sangat sulit, namun bukan berati tidak mungkin
^_^)
Saat saya menginjak usia 22
ini, saya belajar dari banyak orang dan setidaknya mengalami sendiri.
Bahwasanya TIDAK SEMUA wanita bisa ikhlas dan sabar untuk
berbagi hati. Saya bukan pendukung ataupun penentang Poligami, karena ini
adalah masalah prinsip masing-masing orang. Setiap orang memiliki masalah dan
kondisi yang berbeda-beda. Seperti yang ada dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa,
وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
Dan kamu sekali-kali
tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat
ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada
yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu
mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nisa: 129]
Itu hanya sepenggal saja, belum
sepenuhnya dan saya juga bukan ahli tafsir. Dari Ayat diatas, silahkan bisa
mengkaji sendiri. Setiap orang memiliki persepsi dan pendapat yang berbeda,
sekali lagi...saya tidak menyatakan penentangan dan persetujuan dengan
poligami, karena itu masalah PRINSIPAL PRIBADI masing-masing.
*kecewa dengan filmnya yang tidak sesuai dengan novel
:p
*BOOK DESCRIPTION
Rate : 3 out of 5
Writer : Asma Nadia
Title : Surga yang Tak Dirindukan
Publisher : Asma Nadia Publishing House
I Own a Copy of This Book
-xoxo-
0 comments